LAPORAN
KARYA WISATA
Tugas
ini dibuat sebagai pertanggung jawaban peserta karya wisata
Disusun
Oleh :
Dwi
Rahayu Widiastuti
SMP
NEGERI 3 GODEAN
Alamat : Sidoarum, Godean, Sleman, Yogyakarta
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini
telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :………………………
Tanggal :………………………
Mengetahui : Menyetujui :
Kepala Sekolah
SMP N 3 Godean Guru
pembimbing
Drs. Thomas Dwi
Herusantosa, M.Pd. Triisiwi Mardjiati, S.P
NIP.19610507 198111 1 001
MOTTO
Ø Waktu
adalah emas yang sangat berharga
Ø Jangan
mudah putus asa
Ø Jangan
malu bertanya kepada siapapun
PERSEMBAHAN
Laporan
karya wisata ini saya persembahkan kepada:
1. Drs.
Thomas Dwi Herusantosa, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP N 3 Godean.
2. Bapak
dan Ibu Guru beserta kariyawan SMP N 3 Godean.
3. Siswa-siswi
SMP N 3 Godean.
4. Perpustakaan
SMP N 3 Godean.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadiran
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya kepada saya agar dapat
meyelesaikan tugas ini dengan baik.
Atas tersusunya laporan ini, saya
sampaikan terimakasih kepada:
1. Drs.
Thomas Dwi Herusantosa, M.Pd. yang telah mengijinkan terselenggarakannya
kegiatan Karya Wisata.
2. Semua
pihak yang turut membantu menyelesaikan laporan ini .
Saya menyadari bahwa Karya Tulis ini
belum sempurnya, maka saya mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki
Karya Tulis ini dengan baik. Semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi para pembaca.
Godean, 22 November
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul …………………………………………………………….. i
Lembar
Pengesahan ……………………………………………………….. ii
Halaman
Motto ……………………………………………………………. iii
Halaman
Persembahan ……………………………………………………. iv
Kata
Pengantar ……………………………………………………………. v
Daftar
Isi …………………………………………………………………... vi
BAB
I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A.
Latar Belakang …………………………………………………….. 1
B.
Tujuan Karyawisata………………………………………………… 2
C.
Manfaat Karyawisata………………………………………………. 2
D.
Tujuan Pembuatan Laporan……………………………………….. 2
BAB
II LAPORAN PELAKSAAN………………………………………. 3
A.
Persiapan…………………………………………………………… 3
B.
Sejarah kota Yogyakarta…………………………………………….. 4
C.
Tempat yang dikunjungi……………………………………………. 8
1. Kraton
Yogyakarta………………………………………… 8
2. Candi
Prambanan………………………………………….. 10
3. Parangtritis………………………………………………… 11
D.Cara
Pelestarian Budaya……………………………………………. 12
BAB
III PENUTUP……………………………………………………... 13
A. Kesimpulan………………………………………………………... 13
B. Kritik
dan saran…………………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kota Yogyakarta selain menjadi kota
pelajar juga menjadi kota budaya dan wisata. Banyak hal yang menjadikan kota
ini sebagai kota budaya dan wisata antara lain peninggalan sejarahnya,
kerajinan batik, kerajinan perak, aneka jajanan dan lain-lain. Budaya Jawa memberi ciri khas pada
beragam tempat wisata di Yogyakarta.
Masyarakat Jawa dikenal memiliki budaya yang agung, terkesan kompleks,
menghargai harmoni alam dan kaya makna filosofi kehidupan. Hal itulah keunikan
yang bisa kita temukan dari tempat
wisata di Yogyakarta. Warga Jogja memiliki keramahan bertutur kata,
memegang teguh adat-istiadat, menjaga segala hal yang berbau sejarah dan
menghargai karya seni. Maka, tidak mengherankan bila Yogyakarta menjadi tempat
berkumpulnya para pecinta seni. Mulai dari seniman nasional, seniman Jawa, seni
tari modern, hingga seniman jalanan. Kota Yogyakarta memang
kaya akan budayanya ,kali ini saya akan membahas tentang kebudayaan kota
Yogyakarta.
B.Tujuan Karyawisata
Tujuan Karyawisata saya kali ini untuk
mengetahui kebudayaan yang berada di kota Yogyakarta dan beberapa tempat di
kota Yogyakarta
C.Manfaat
Karyawisata
Manfaat Karyawisata ini adalah :
1.
Dapat mengetahui berbagai kebudayaan
yang berada di Yogyakarta.
2.
Dapat mengetahui tempat-tempat
bersejarah di Yogyakarta secara langsung.
3.
Dapat melestarikan budaya yang berada di
Yogyakarta agar tidak punah dan hilang.
4.
Memperluas pemahaman tentang kota
Yogyakarta.
D.Tujuan
Pembuatan Laporan
Tujuan
pembuatan laporan ini adalah :
1.
Terpenuhinya syarat kelulusan.
2.
Agar para pembaca dapat mengetahui
kebudayaan kota Yogyakarta
3.
Para pembaca dapat melestarikan
kebudayaan yang ada.
BAB II
PERSIAPAN
A.Persiapan
Pukul 08.00 WIB saya pergi ke Kraton
Yogyakarta untuk mengunjungi salah satu tempat wisata kerajaan di Yogyakarta.
Pukul 13.00 WIB saya mengunjungi Candi Prambanan untuk melihat peninggalan dari
agama Hindu. Untuk lebih jelasnya berikut susunan jadwal kunjungan wisata.
Tanggal
|
Pukul
|
Tempat
Tujuan
|
11
November 2012
|
08.00
WIB
|
Kraton Yogyakarta.
|
|
08.45
WIB
|
Sampai
di Kraton Yogyakarta.
|
|
13.00
WIB
|
Perjalanan
menuju Candi Prambanan.
|
|
13.30
WIB
|
Sampai
di Candi Prambanan.
|
|
16.00
WIB
|
Kembali
ke rumah.
|
13
November 2012
|
14.30
WIB
|
Perjalanan
menuju Parangtritis
|
|
15.20
WIB
|
Sampai
di Parangtritis.
|
|
17.00
WIB
|
Perjalanan
menuju rumah.
|
B.Sejarah
kota Yogyakarta
Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada
Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda
tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi
Perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua : Setengah masih menjadi Hak
Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam
perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah
daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing
Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.
Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram
(Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah
mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro,
Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari,
Grobogan.
Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang
bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang
ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan
beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal
13 Maret 1755.
Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah
Hutan yang disebut Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil bernama
Pachetokan, sedang disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang
dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi
Ayodya. Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono
segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton.
Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati
pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga.
Menempatinya pesanggrahan tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari
tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang
sedang dikerjakan.
Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan memasuki Istana Baru
sebagai peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta atau dengan
nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan Ambarketawang
ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk berpindah menetap di Kraton yang
baru. Peresmian mana terjadi Tanggal 7 Oktober 1756
Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya
Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan
Beringin, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi
tersebut nampak strategi menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945. Dan pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945. Dan pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional
Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan maupun
yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk suatu DPR Kota dan
Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan dan
Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota Otonom,
sebab kekuasaan otonomi yang meliputi berbagai bidang pemerintahan massih tetap
berada di tangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru
menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17
Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang
meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten
Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan
sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakaarta.
Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir.Moh Enoh mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir.Moh Enoh mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman Poerwokusumo yang
kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah Harian serta merangkap menjadi
Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang.
DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20
orang sebagai hasil Pemilu1955. Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah,
tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil Kepala Daerah dan
badan Pemerintah Harian serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya Yogyakarta.
Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Berdasarkan
Undang-undang tersebut, DIY merupakan Propinsi dan juga Daerah Tingkat I yang
dipimpin oleh Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak
terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengankatan bagi Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya, khususnya bagi beliiau Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Sedangkan Kotamadya
Yogyakarta merupakan daerah Tingkat II yang dipimpin oleh Walikotamadya Kepala
Daerah Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara
pengangkatan bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.
Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk menyelenggarakan
pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka, maka keluarlah
Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur
kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas,nyata dan
bertanggung jawab. Sesuai UU ini maka sebutan untuk Kotamadya Dati II
Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan untuk pemerintahannya
disebut denan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta sebagai
Kepala Daerahnya
C.Tempat
yang dikunjungi
1. Kraton Yogyakarta
Daya tarik tempat wisata di Yogyakarta yang berupa kerajaan
ini juga dipengaruhi seni arsitektur bangunan keraton. Keraton Yogyakarta
memadukan seni arsitektur Belanda dengan falsalah budaya Jawa dalam membangun
istana Jogja. Filosofi Jawa tampak dalam penyusunan denah kerajaan antara
singgasana raja, alun-alun keraton, pasar rakyat, dan masjid agung. Kearifan
budaya lokal tempat wisata di Yogyakarta mengilhami banyak seniman bermukim di
Yogyakarta. Hal inilah yang memperkaya lingkungan Yogyakarta sebagai tujuan
wisata seni, budaya dan pendidikan.
Keraton Yogyakarta dan Lingkungan Sekitarnya.
Luas Keraton Yogyakarta adalah 1400
m2 dalamnya terdapat banyak bangunan-bangunan, halaman-halaman
dan lapangan-lapangan. Kompleks Keraton Yogyakarta dan lingkungan Sekitarnya
terdiri atas:
1.
Kedaton/gedung
Prabayeksa.
Gedung
Prabayeksa merupakan tempat peninggalan pusaka-pusaka Keraton Yogyakarta.
Dindingnya gebyog, kayunya berwarna sawo matang danlantainya marmer.
Condrosengkolo berdirinya gedung ini berbunyi "Warna sangarasa
tunggal" yang berarti tahun 1694 Jawa. Di dalamnya terdapat lampu yang
tak pernah padam yang bernama Kyai Wiji. Praba artinya cahaya dan
yeksa artinya besar, jadi merupakan cahaya yang besar atau terang. Semua
itu mengandung arti perjalanan roh di zaman akhirat itu mengikuti jalannya
cahaya sampai di sebuahtempat yang tetap, yang terang dan langgeng. Menurut
K.P.H. Bringtodiningrat,lampu itu adalah simbol dari sinar yang tak pernah padam.
Dan menurut Dr. Th Pigeaud merupakan simbol dariHet Licht van once geest atau dalam bahasaIndonesia berarti
sinar semangat jiwa kita.
2.
Bangsal
Kencana.
Bangsal
ini berbentuk pendapa dilingkari emper (kaki lima) pada keempatsisinya. Bentuk
semacam ini dinamakan sinom. Lantainya dari marmer, tiang-tiangnya kayu jati,
palfonnya dihiasi ukiran-ukiran yang sangat indah. Bangsal ini dikelilingi
tratag, berlantai marmer, berlantai besi dan beratap seng tempat inidipakai
untuk gamelan jika ada tamu-tamu agung. Bangsal kencana adalah gambaran
bersatunya kawula gusti.Maka dari
itu cendrosengkolo berdirinya tempat ini berbunyi "Trus satunggal
panditaningrat" atau tahun 1719.53.
3.
Regol
Danapratapa.
Di kanan
kiri regol ini ditanami pohon dersono. Dersono berarti baik,utama. Regol
Danapratapa memberi nasihat kepada kita bahwa sebaik-baik manusia ialah ia
yang suka memberi dengan ikhlas serta suka memberantas hawanafsunya.
4. Regol Sri
Manganti
Di halaman
ini terdapat 2 bangsal, bangsal Sri Manganti di sebelah baratdan bangsal
Trajumas di sebelah timur.
5.
Sri
Manganti.
Di dalam
Sri Manganti sekarang di simpan pusaka-pusaka Keraton berupagamelan seperti
kyai Guntur madu dan kyai Nogowilogo.
6.
Bangsal
Trajumas.
Di dalam
bangsal ini disimpan bermacam-macam tandu jempana, plongko,Joli, meja hias dan
lain-lain. Tandu jempana adalah kendaraan massal yangdiangkut oleh 20-30 orang
peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwana VII.
5.
Bangsal
Ponconiti.
Ponco
berarti lima, symbol dari panca indera kita. Niti berarti
menyelidiki,memeriksa. Di sinilah Sultan mulai meneliti panca inderanya,
mempersatukan
2. Candi Prambanan
Candi Prambanan terletak di
kabupaten Sleman, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Lokasi candi
Prambanan berada pada perbatasan propinsi Jawa Tengah dan DIY. Tidak seperti
candi-candi di Jawa Tengah yang pada umumnya dipengaruhi oleh agama Budha,
Candi Prambanan dipengaruhi oleh agama Hindu. Tempat wisata di Yogyakarta ini
merupakan satu jalur wisata dengan Candi Borobudur, Candi Mendut dan
Pantai Parangtritis.
Akses menuju Candi Prambanan bisa ditempuh melalui bus kota dari Surabaya
menuju Yogyakarta.
Sejarah
terbentuknya Candi Prambanan tidak bisa dipisahkan dari Legenda Putri Roro
Jongrang. Putri cantik tersebut diyakini masyarakat setempat telah dikutuk oleh
Prabu Bandung Bandawasa sebagai salah satu arca di kompleks Candi Prambanan.
Tempat wisata di Yogyakarta ini memiliki ribuan arca dan sering dijadikan
lokasi pertunjukan seni drama tari (sendratari) Ramayana. Lokasi panggung
pertunjukan berada di area terbuka sekitar Candi Prambanan, dengan disinari
bulan purnama, sepasang penari menunjukkan keahlian dalam seni gerak tari.
Sendratari Ramayana menceritakan kesetiaan seorang isteri terhadap suaminya.
3. Pantai
Parangtritis
Jalan-jalan mengunjungi tempat
wisata di Yogyakarta tidak lengkap bila tidak bermain di pantai Parangtritis.
Pantai Parangtritis merupakan pantai yang paling populer yang dikunjungi oleh
wisatawan selain Pantai Glagah, Pantai Samas,Pantai Baron, maupun Pantai Parangendok. Jalur
wisata menuju Pantai Parangtritis jika berangkat dari Keraton Yogyakarta adalah
menuju arah selatan. Akses jalaan raya sudah dibangun Pemerintah DIY dengan
bagus. Beragam fasilitas berwisata telah tersedia disana. Mulai dari hotel,
penginapan, rumah makan, ATM, masjid, jaringan telepon, pusat kerajinan rakyat
dan lain-lain.
Pengunjung tempat wisata di
Yogyakarta disini bisa menikmati ombak laut, jalan-jalan di atas pasir pantai,
naik andong keliling pantai dan menikmati sajian wisata kuliner Jogja. Selain
terkenal karena keindahan pantainya Parangtritis juga terkenal karena digunakan
sebagai tempat untuk pelaksanaan upacara labuhan yang di adakan oleh keratin
Yogyakarta tiap waktu tertentu.
Upacara labuhan merupakan wujud
syukur masyarakat Yogyakarta khusunya para nelayan atas ‘berkah laut kidul’
yang telah di berikan kepada mereka. Dalam upacara ini dilakukan larungan
terhadap berbagai macam persembahan yang ditujukan kepada penguasa laut kidul
yaitu nyai Roro kidul yang di percaya masyarakat telah memberikan kesejahteraan
dan keselamatan dalam mencari rejeki di laut kidul.
Parangtritis memanjang dari ujung
timur yang di batasi oleh tebing pegunungan ke arah barat hingga pantai- pantai
selanjutnya yaitu Parangkusumo, Depok, dsb. Suasana pantai akan terlihat lebih
indah ketika matahari terbenam (sunset) sehingga banyak para wisatawan yang
rela untuk menunggu sampai sore untuk menyaksikan sunset di pantai ini.
D. Cara Melestarikan
Budaya
Kita dapat melestarikan budaya yang telah ada di daerah kita
supaya kelak dapat dilihat oleh orang lain dan agar tidak punah.
Cara melestarikan budaya antara lain :
a.
Dengan
kita ikut sanggar seperti sanggar tari atau sastra yang lainnya.
b.
Mengikuti kegiatan pameran budaya .
c.
Mengikuti
kegiatan budaya setempat.
BAB III
PENUTUP
B.Kesimpulan
Kesimpulan dari karya tulis ini adalah
Yogyakarta sebagai kota pelajar juga sebagai kota wisata dan budaya ,selain itu
Yogyakarta mempunyai tempat-tempat wisata yang indah dan unik.Yogyakarta juga
mempunyai sejarah yang panjang hingga sampai saat ini.Yogyakarta sekarang
menjadi kota yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara,
kebayakan mereka datang untuk berwisata, berwisata tempat maupun kuliner.
Suasana kota Yogyakarta yang sejuk dan
tingkat polusi yang rendah membuat kota ini menjadi indah ditambah warga
Yogyakarta yang ramah membuat kota ini menjadi sangat nyaman.
C.K
ritik dan Saran
a.
Untuk
generasi selanjutnya supaya dapat mengenal budayanya.
b.
Untuk
semua agar dapat melestarikan budayanya.
c.
Dan
untuk para pelajar agar dapat berkreatif dalam segala hal.