Jumat, 01 Februari 2013

laporan karyawisata

LAPORAN KARYA WISATA


Tugas ini dibuat sebagai pertanggung jawaban peserta karya wisata




Disusun Oleh :
Dwi Rahayu Widiastuti




SMP NEGERI 3 GODEAN
Alamat  : Sidoarum, Godean, Sleman, Yogyakarta

LEMBAR PENGESAHAN


Laporan ini telah disetujui dan disahkan pada:
Hari                      :………………………
Tanggal                 :………………………



                   Mengetahui :                                                             Menyetujui :
Kepala Sekolah SMP N 3 Godean                                       Guru pembimbing



Drs. Thomas Dwi Herusantosa, M.Pd.                                Triisiwi Mardjiati, S.P
 NIP.19610507 198111 1 001









MOTTO
Ø Waktu adalah emas yang sangat berharga
Ø Jangan mudah putus asa
Ø Jangan malu bertanya kepada siapapun























PERSEMBAHAN
Laporan karya wisata ini saya persembahkan kepada:
1.    Drs. Thomas Dwi Herusantosa, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP N 3 Godean.
2.    Bapak dan Ibu Guru beserta kariyawan SMP N 3 Godean.
3.    Siswa-siswi SMP N 3 Godean.
4.    Perpustakaan SMP N 3 Godean.



















KATA PENGANTAR
       Puji syukur saya panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya kepada saya agar dapat meyelesaikan tugas ini dengan baik.
         
Atas tersusunya laporan ini, saya sampaikan terimakasih kepada:
1.      Drs. Thomas Dwi Herusantosa, M.Pd. yang telah mengijinkan terselenggarakannya kegiatan Karya Wisata.
2.      Semua pihak yang turut membantu menyelesaikan laporan ini .

Saya menyadari bahwa Karya Tulis ini belum sempurnya, maka saya mengharapkan kritik dan saran agar dapat memperbaiki Karya Tulis ini dengan baik. Semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.



Godean, 22 November        

Penyusun                    


DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………..           i
Lembar Pengesahan ………………………………………………………..           ii
Halaman Motto …………………………………………………………….           iii
Halaman Persembahan …………………………………………………….            iv
Kata Pengantar …………………………………………………………….           v
Daftar Isi …………………………………………………………………...          vi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………...           1
A.    Latar Belakang ……………………………………………………..             1
B.     Tujuan Karyawisata…………………………………………………            2
C.     Manfaat Karyawisata……………………………………………….             2
D.    Tujuan Pembuatan Laporan………………………………………..              2
BAB II LAPORAN PELAKSAAN……………………………………….                      3
A.    Persiapan……………………………………………………………             3
B. Sejarah kota Yogyakarta……………………………………………..            4
C. Tempat yang dikunjungi…………………………………………….             8
1.      Kraton Yogyakarta…………………………………………             8
2.      Candi Prambanan…………………………………………..              10
3.      Parangtritis…………………………………………………              11
D.Cara Pelestarian Budaya…………………………………………….              12
BAB III PENUTUP……………………………………………………...              13
A.    Kesimpulan………………………………………………………...               13
B.     Kritik dan saran……………………………………………………               13




BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
          Kota Yogyakarta selain menjadi kota pelajar juga menjadi kota budaya dan wisata. Banyak hal yang menjadikan kota ini sebagai kota budaya dan wisata antara lain peninggalan sejarahnya, kerajinan batik, kerajinan perak, aneka jajanan dan lain-lain. Budaya Jawa memberi ciri khas pada beragam tempat wisata di Yogyakarta. Masyarakat Jawa dikenal memiliki budaya yang agung, terkesan kompleks, menghargai harmoni alam dan kaya makna filosofi kehidupan. Hal itulah keunikan yang bisa kita temukan dari tempat wisata di Yogyakarta. Warga Jogja memiliki keramahan bertutur kata, memegang teguh adat-istiadat, menjaga segala hal yang berbau sejarah dan menghargai karya seni. Maka, tidak mengherankan bila Yogyakarta menjadi tempat berkumpulnya para pecinta seni. Mulai dari seniman nasional, seniman Jawa, seni tari modern, hingga seniman jalanan. Kota Yogyakarta memang kaya akan budayanya ,kali ini saya akan membahas tentang kebudayaan kota Yogyakarta.

           







B.Tujuan Karyawisata
          Tujuan Karyawisata saya kali ini untuk mengetahui kebudayaan yang berada di kota Yogyakarta dan beberapa tempat di kota Yogyakarta

C.Manfaat Karyawisata
            Manfaat Karyawisata ini adalah :
1.      Dapat mengetahui berbagai kebudayaan yang berada di Yogyakarta.
2.      Dapat mengetahui tempat-tempat bersejarah di Yogyakarta secara langsung.
3.      Dapat melestarikan budaya yang berada di Yogyakarta agar tidak punah dan hilang.
4.      Memperluas pemahaman tentang kota Yogyakarta.

D.Tujuan Pembuatan Laporan
Tujuan pembuatan laporan ini adalah :
1.      Terpenuhinya syarat kelulusan.
2.      Agar para pembaca dapat mengetahui kebudayaan kota Yogyakarta
3.      Para pembaca dapat melestarikan kebudayaan yang ada.


BAB II
PERSIAPAN
A.Persiapan
          Pukul 08.00 WIB saya pergi ke Kraton Yogyakarta untuk mengunjungi salah satu tempat wisata kerajaan di Yogyakarta. Pukul 13.00 WIB saya mengunjungi Candi Prambanan untuk melihat peninggalan dari agama Hindu. Untuk lebih jelasnya berikut susunan jadwal kunjungan wisata.
Tanggal
Pukul
Tempat Tujuan
11 November 2012
08.00 WIB
 Kraton Yogyakarta.

08.45 WIB
Sampai di Kraton Yogyakarta.

13.00 WIB
Perjalanan menuju Candi Prambanan.

13.30 WIB
Sampai di Candi Prambanan.

16.00 WIB
Kembali ke rumah.
13 November 2012
14.30 WIB
Perjalanan menuju Parangtritis

15.20 WIB
Sampai di Parangtritis.

17.00 WIB
Perjalanan menuju rumah.











B.Sejarah kota Yogyakarta
Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi Perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua : Setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.
Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan.
Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755.
Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah Hutan yang disebut Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil bernama Pachetokan, sedang disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya. Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton.
Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga. Menempatinya pesanggrahan tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang sedang dikerjakan.
Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan memasuki Istana Baru sebagai peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta atau dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk berpindah menetap di Kraton yang baru. Peresmian mana terjadi Tanggal 7 Oktober 1756
Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di Hutan Beringin, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana lokasi tersebut nampak strategi menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945. Dan pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional
Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan maupun yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk suatu DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan otonomi yang meliputi berbagai bidang pemerintahan massih tetap berada di tangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakaarta.
Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir.Moh Enoh mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman Poerwokusumo yang kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah Harian serta merangkap menjadi Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu1955. Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala Daerah dan DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya Yogyakarta.
Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Berdasarkan Undang-undang tersebut, DIY merupakan Propinsi dan juga Daerah Tingkat I yang dipimpin oleh Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengankatan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya, khususnya bagi beliiau Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Sedangkan Kotamadya Yogyakarta merupakan daerah Tingkat II yang dipimpin oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.
Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka, maka keluarlah Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas,nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU ini maka sebutan untuk Kotamadya Dati II Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan untuk pemerintahannya disebut denan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta sebagai Kepala Daerahnya
C.Tempat yang dikunjungi
1.      Kraton Yogyakarta
Daya tarik tempat wisata di Yogyakarta yang berupa kerajaan ini juga dipengaruhi seni arsitektur bangunan keraton. Keraton Yogyakarta memadukan seni arsitektur Belanda dengan falsalah budaya Jawa dalam membangun istana Jogja. Filosofi Jawa tampak dalam penyusunan denah kerajaan antara singgasana raja, alun-alun keraton, pasar rakyat, dan masjid agung. Kearifan budaya lokal tempat wisata di Yogyakarta mengilhami banyak seniman bermukim di Yogyakarta. Hal inilah yang memperkaya lingkungan Yogyakarta sebagai tujuan wisata seni, budaya dan pendidikan.
 Keraton Yogyakarta dan Lingkungan Sekitarnya.
Luas Keraton Yogyakarta adalah 1400 m2 dalamnya terdapat banyak bangunan-bangunan, halaman-halaman dan lapangan-lapangan. Kompleks Keraton Yogyakarta dan lingkungan Sekitarnya terdiri atas:
1.      Kedaton/gedung Prabayeksa.
Gedung Prabayeksa merupakan tempat peninggalan pusaka-pusaka Keraton Yogyakarta. Dindingnya gebyog, kayunya berwarna sawo matang danlantainya marmer. Condrosengkolo berdirinya gedung ini berbunyi "Warna sangarasa tunggal" yang berarti tahun 1694 Jawa. Di dalamnya terdapat lampu yang tak  pernah padam yang bernama Kyai Wiji. Praba artinya cahaya dan yeksa artinya besar, jadi merupakan cahaya yang besar atau terang. Semua itu mengandung arti perjalanan roh di zaman akhirat itu mengikuti jalannya cahaya sampai di sebuahtempat yang tetap, yang terang dan langgeng. Menurut K.P.H. Bringtodiningrat,lampu itu adalah simbol dari sinar yang tak pernah padam. Dan menurut Dr. Th Pigeaud merupakan simbol dariHet Licht van once geest atau dalam bahasaIndonesia berarti sinar semangat jiwa kita.
2.      Bangsal Kencana.
Bangsal ini berbentuk pendapa dilingkari emper (kaki lima) pada keempatsisinya. Bentuk semacam ini dinamakan sinom. Lantainya dari marmer, tiang-tiangnya kayu jati, palfonnya dihiasi ukiran-ukiran yang sangat indah. Bangsal ini dikelilingi tratag, berlantai marmer, berlantai besi dan beratap seng tempat inidipakai untuk gamelan jika ada tamu-tamu agung. Bangsal kencana adalah gambaran bersatunya kawula gusti.Maka dari itu cendrosengkolo berdirinya tempat ini berbunyi "Trus satunggal panditaningrat" atau tahun 1719.53.
3.      Regol Danapratapa.
Di kanan kiri regol ini ditanami pohon dersono. Dersono berarti baik,utama. Regol Danapratapa memberi nasihat kepada kita bahwa sebaik-baik manusia ialah ia yang suka memberi dengan ikhlas serta suka memberantas hawanafsunya.
4. Regol Sri Manganti
Di halaman ini terdapat 2 bangsal, bangsal Sri Manganti di sebelah baratdan bangsal Trajumas di sebelah timur.
5.      Sri Manganti.
Di dalam Sri Manganti sekarang di simpan pusaka-pusaka Keraton berupagamelan seperti kyai Guntur madu dan kyai Nogowilogo.

6.         Bangsal Trajumas.
Di dalam bangsal ini disimpan bermacam-macam tandu jempana, plongko,Joli, meja hias dan lain-lain. Tandu jempana adalah kendaraan massal yangdiangkut oleh 20-30 orang peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwana VII.
5.      Bangsal Ponconiti.
Ponco berarti lima, symbol dari panca indera kita. Niti berarti menyelidiki,memeriksa. Di sinilah Sultan mulai meneliti panca inderanya, mempersatukan

2.      Candi Prambanan
Candi Prambanan terletak di kabupaten Sleman, propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Lokasi candi Prambanan berada pada perbatasan propinsi Jawa Tengah dan DIY. Tidak seperti candi-candi di Jawa Tengah yang pada umumnya dipengaruhi oleh agama Budha, Candi Prambanan dipengaruhi oleh agama Hindu. Tempat wisata di Yogyakarta ini merupakan satu jalur wisata dengan Candi Borobudur, Candi Mendut dan Pantai Parangtritis. Akses menuju Candi Prambanan bisa ditempuh melalui bus kota dari Surabaya menuju Yogyakarta.
Sejarah terbentuknya Candi Prambanan tidak bisa dipisahkan dari Legenda Putri Roro Jongrang. Putri cantik tersebut diyakini masyarakat setempat telah dikutuk oleh Prabu Bandung Bandawasa sebagai salah satu arca di kompleks Candi Prambanan. Tempat wisata di Yogyakarta ini memiliki ribuan arca dan sering dijadikan lokasi pertunjukan seni drama tari (sendratari) Ramayana. Lokasi panggung pertunjukan berada di area terbuka sekitar Candi Prambanan, dengan disinari bulan purnama, sepasang penari menunjukkan keahlian dalam seni gerak tari. Sendratari Ramayana menceritakan kesetiaan seorang isteri terhadap suaminya.

3.      Pantai Parangtritis
Jalan-jalan mengunjungi tempat wisata di Yogyakarta tidak lengkap bila tidak bermain di pantai Parangtritis. Pantai Parangtritis merupakan pantai yang paling populer yang dikunjungi oleh wisatawan selain Pantai Glagah, Pantai Samas,Pantai Baron, maupun Pantai Parangendok. Jalur wisata menuju Pantai Parangtritis jika berangkat dari Keraton Yogyakarta adalah menuju arah selatan. Akses jalaan raya sudah dibangun Pemerintah DIY dengan bagus. Beragam fasilitas berwisata telah tersedia disana. Mulai dari hotel, penginapan, rumah makan, ATM, masjid, jaringan telepon, pusat kerajinan rakyat dan lain-lain.
Pengunjung tempat wisata di Yogyakarta disini bisa menikmati ombak laut, jalan-jalan di atas pasir pantai, naik andong keliling pantai dan menikmati sajian wisata kuliner Jogja. Selain terkenal karena keindahan pantainya Parangtritis juga terkenal karena digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan upacara labuhan yang di adakan oleh keratin Yogyakarta tiap waktu tertentu.
Upacara labuhan merupakan wujud syukur masyarakat Yogyakarta khusunya para nelayan atas ‘berkah laut kidul’ yang telah di berikan kepada mereka. Dalam upacara ini dilakukan larungan terhadap berbagai macam persembahan yang ditujukan kepada penguasa laut kidul yaitu nyai Roro kidul yang di percaya masyarakat telah memberikan kesejahteraan dan keselamatan dalam mencari rejeki di laut kidul.
Parangtritis memanjang dari ujung timur yang di batasi oleh tebing pegunungan ke arah barat hingga pantai- pantai selanjutnya yaitu Parangkusumo, Depok, dsb. Suasana pantai akan terlihat lebih indah ketika matahari terbenam (sunset) sehingga banyak para wisatawan yang rela untuk menunggu sampai sore untuk menyaksikan sunset di pantai ini.
D.  Cara Melestarikan Budaya
Kita dapat melestarikan budaya yang telah ada di daerah kita supaya kelak dapat dilihat oleh orang lain dan agar tidak punah.
Cara melestarikan budaya antara lain :
a.       Dengan kita ikut sanggar seperti sanggar tari atau sastra yang lainnya.
b.       Mengikuti kegiatan pameran budaya .
c.       Mengikuti kegiatan budaya setempat.








BAB III
PENUTUP
B.Kesimpulan
          Kesimpulan dari karya tulis ini adalah Yogyakarta sebagai kota pelajar juga sebagai kota wisata dan budaya ,selain itu Yogyakarta mempunyai tempat-tempat wisata yang indah dan unik.Yogyakarta juga mempunyai sejarah yang panjang hingga sampai saat ini.Yogyakarta sekarang menjadi kota yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara, kebayakan mereka datang untuk berwisata, berwisata tempat maupun kuliner.
          Suasana kota Yogyakarta yang sejuk dan tingkat polusi yang rendah membuat kota ini menjadi indah ditambah warga Yogyakarta yang ramah membuat kota ini menjadi sangat nyaman.
C.K ritik dan Saran
a.         Untuk generasi selanjutnya supaya dapat mengenal budayanya.
b.         Untuk semua agar dapat melestarikan budayanya.
c.         Dan untuk para pelajar agar dapat berkreatif dalam segala hal.